Jumat, 21 Agustus 2009

MABIT DI Masjid Al- Qodar bersama ROLIGA

pengalammanku semalem ntu seru banget deh....
ada Ahammiyatut Tarbiah oleh Ust. Syakir Purnomo samapi jam setengah sebelas...
tapi gw gak ngikutin beberapa slide....
coz jemput ayam buat di bakar ^.^ ke rumah temen gw, Makibau....
abiz itu balik n' acara'a bentar lagi abiz....
setelah acara Ahammiyatut Tarbiah, kami menonton film....
tapi gak sampai habis.... yah kan udah laper....
ayam bakar'a enak pula....
gw kebanyakan makan carbon... hehehehe

setelah selesai acar makan"nya, ada salah satu alumni yang memperaktekkan keahlan baru,
Hipnosis....
salah satu temen jadi "kelinci percobaan"
coz, yang kemren" katanya gagal mulu...

keren abiz deh...
kan tmn gw di hipnosis sampe tingkat teta,
di sugestiin lupa nama...
setelah disuruh sadar, di tanya
"namanya siapa?"
sumpah, ekspresi'a lucu banget....
ketawa ngakak gw...

susah memang untuk menjadi seorang hipnosis...

sekitar jam setengah satu kami jatus terr=tidur di dalam masjid
dalam Perlingungan Allah SWT...

sekitar jam lima kurang limbelas menit,
aku terbangun...
aku melihat kekanan dan kekiri,
mengamati situasi...
lampu sudah dimatikan,
azan sebentar lagi....
lalu aku mengambil air wudhu....
lima menit kemudian, azan subuh
menggema...
aku bertepuk tangan sekuat tenaga
agar teman"ku bangun...

singkat cerita,
setelah kultum oleh Kang Salaman,
kami mengikuti acara selajutnya...
ukhwah oleh kak Yarham Ramdhan,
tentang tamu nan Agung....
bulan Suci Ramadhan...

singkat cerita,
singkat menulis,
kami bermain bola...

aku memperaktekkan cara sugesti yang diajaarkan kak yarham tadi dalam bermain bola..
aku menjadi kiper,
aku berkonsentrasi dan memikirkan
"aku bisa mengangkap semua bola...."
aku melakukannya berulang"
memang, cara ini menguras energi,
tetapi, hampir semua bola yang ditujukan ke arah gawang yang ku jaga meleset....

singkat carita
singkat mengetik

akhirnya aku kecapean, dan sugesti terakhir gagal...
aku kebobolan....

setelah semua acara selesai, kami pulang......
tapi, setiap hari jum'at, kami adakan Liqo di rumah pak asep jam 4 sore...
so.... nanti kami akan berkumpul kembali...

selesai........




(gak enak banget ending'a -__-! )
(carii penyakit susah bikin ending cerita nih....)
(hehehehehehehehehehehehehehehehe)

Kamis, 20 Agustus 2009

Sembuhkan Rasa, Selaraskan Raga

humanchakrasystem-small6

Kita cukup sering mendengar atau bahkan mengalami sendiri secuplik percakapan di kamar praktek dokter yang isinya: “Tidak ada yang ditemukan abnormal pada tubuh Anda, kemungkinan besar penyakit yang Anda alami ini bersumber pada pikiran, sebaiknya Anda menghindari stres dan banyak berdoa.”

Sebagai praktisi penyembuhan holistik, sudah tak terhitung betapa seringnya saya menemui kasus di mana masalah seorang klien secara fisik, bahkan pada penyakit yang konon tak berhubungan dengan stres atau pikiran, ternyata memiliki akar penyebab di pikiran dan perasaannya.

Pikiran Anda akan menentukan kondisi tubuh Anda. Apa yang tersimpan dalam rasa akan terwujud dalam raga Anda. Benarkah demikian? Adakah rahasia di balik hubungan antara rasa dengan raga yang masih perlu kita gali? Bisakah pemahaman ini kita gunakan untuk menciptakan kesehatan dan kesejahteraan hidup yang lebih baik?

Keping Petunjuk tentang Kaitan Rasa-Raga
Dalam ilmu kedokteran medis, mekanisme tubuh dan pikiran kita dijelaskan dengan istilah PNEI, yaitu singkatan dari Psycho-Neuro-Endocrino-Immuno. Maksudnya adalah. ketika pikiran dan perasaan kita (psycho) mengalami beban / stres, maka seketika terjadi perubahan pada saraf dan otak (neuro). Saat itulah keseimbangan hormonal dari fungsi kelenjar tubuh (endocrino) juga bergeser, dan pada akhirnya bisa mempengaruhi tingkat kekebalan tubuh (immuno).

Marilah kita lihat beberapa informasi yang memberikan gambaran tentang betapa eratnya kaitan antara psikis dan fisik manusia:

  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebuah institusi kesehatan di Amerika Serikat memberikan indikasi konservatif bahwa sekitar 85 persen dari seluruh jenis penyakit memiliki elemen emosional, atau dengan kata lain berkaitan dengan faktor pikiran dan perasaan.
  • Seorang dokter dari Jerman bernama Geerd Hamer, yang melakukan penelitian selama lebih dari 30 tahun, menemukan bahwa setiap bentuk penyakit fisik selalu muncul akibat berbagai jenis peristiwa hidup yang traumatis sehingga menimbulkan perubahan pada otak, dan akhirnya menyebabkan perubahan pada organ tubuh yang menjadi sakit. Dokter ini berhasil memetakan berbagai jenis konflik emosional dalam hidup, bagian otak mana yang terpengaruh, dan bagian tubuh mana yang kemudian sakit. Berdasarkan ilmu yang dikembangkannya ini, sekitar 92 persen pasien kankernya selamat dan bertahan hidup.
  • Seorang pakar biologi sel, Bruce Lipton, yang telah melakukan riset tentang genetika dan juga mengajar di fakultas kedokteran selama lebih dari 20 tahun, menemukan bahwa kesehatan kita tidak dikendalikan oleh gen (DNA) kita, namun oleh persepsi dan keyakinan kita terhadap kehidupan.
  • Sebuah studi di tahun 1998, yaitu Adverse Childhood Experiences (ACE) Study, dilakukan untuk menganalisa pengaruh dari berbagai trauma masa kecil terhadap perubahan perilaku dan munculnya berbagai masalah kesehatan di usia dewasa. Hasilnya menunjukkan korelasi yang sangat kuat antara banyaknya trauma masa kecil dengan berbagai perilaku negatif, seperti kecanduan rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang, penyimpangan perilaku seksual, meningkatnya kecenderungan depresi dan bunuh diri.
  • Dalam studi ACE yang sama, kelompok responden yang cukup sering mengalamai trauma masa kecil juga berkorelasi kuat dengan berbagai penyakit yang paling berisiko menyebabkan kematian, seperti penyakit jantung, kanker, penyakit paru-paru kronis, penyakit liver, keretakan tulang, dll.

Mengenal Batin Sadar dan Bawah Sadar
Kita semua memiliki batin sadar dan batin bawah sadar yang kita bisa kenali secara lebih saksama:

  • Batin sadar, meliputi segala pikiran, perasaan dan perhatian yang BISA kita amati, perhatikan dan sadari. Batin sadar mencakup hanya sekitar 1% dari keseluruhan batin kita.
  • Batin bawah sadar, meliputi segala pikiran dan perasaan yang TIDAK BISA kita perhatikan atau amati secara langsung. Dia tersimpan rapi dalam berbagai bentuk memori, kebiasaan, imajinasi yang terekam sempurna. Batin bawah sadar Anda juga yang berfungsi menjalankan sebagian besar fungsi tubuh fisik Anda. Batin bawah sadar mencakup sekitar 99% dari keseluruhan batin kita.

Dengan perbandingan seperti di atas, barangkali kita hanya bisa mengetahui secara sadar sebanyak 1% dari stres, beban dan permasalahan kita, sementara 99% sisanya tersembunyi rapi di bawah sadar.

  • Masalahnya, 99% porsi batin bawah sadar jugalah yang mengendalikan tubuh fisik kita, sehingga ketika terdapat masalah kuat yang tersimpan di bawah sadar, dia berpotensi kuat untuk muncul sebagai permasalahan kesehatan secara fisik.

Anda baru saja menemukan sebuah rahasia sederhana tentang kaitan antara pikiran dan tubuh. Belum sadar? Coba baca lagi paragraf di atas.

Ketika kita hanya mampu menyadari apa yang ada di BATIN SADAR kita (1%), sebenarnya berbagai problem yang ada di bawah sadar juga membutuhkan perhatian kita. Dan mengingat gudang bawah sadar tidak bisa diakses secara sengaja dan langsung, maka bawah sadar seringkali terpaksa ‘menciptakan’ masalah fisik (karena tubuh fisik dikendalikan bawah sadar).

  • Tujuan dari penyakit atau masalah fisik sebenarnya bukanlah semata untuk membuat kita menderita, namun untuk membantu kita SADAR bahwa ada masalah di bawah sadar yang perlu diperhatikan, disadari, disembuhkan.

Itulah sebabnya para ahli kejiwaan dan para ahli penyembuhan alamiah mengembangkan serangkaian teknik dan proses yang memungkinkan kita untuk membuka pintu menuju batin bawah sadar, semata-mata demi menyadari berbagai masalah yang terpendam di dalamnya sehingga dapat dirawat dan disembuhkan. Banyak kasus penyembuhan fisik yang lazimnya dianggap “keajaiban” sebenarnya bertumpu pada prinsip sembuhnya masalah di bawah sadar yang akhirnya mengubah kondisi fisik.

Meninjau Kembali Cara Merawat Hidup Secara Utuh
Kita cenderung lengah untuk menuai kembali kebijakan alamiah yang, meski bukan merupakan sesuatu yang baru dalam hidup kita, cenderung kita abaikan keampuhannya dalam merintis hidup sehat lahir batin, seperti:

  • Nutrisi yang baik, dalam hal pemilihan gizi yang kita konsumsi maupun bagaimana cara menyantapnya (mindful eating).
  • Hidrasi yang baik, mengingat 70% dari tubuh kita terdiri dari air dan kita butuh air tidak hanya untuk menjaga fungsi tubuh fisik saja, namun juga untuk menjernihkan kesadaran dan melepaskan beban batin.
  • Olahraga yang baik, menggerakkan tubuh dengan penuh perhatian dan kesadaran sehingga raga dan rasa bersatu dalam ekspresi gerak.
  • Istirahat yang baik, di mana tidak saja tubuh yang memulihkan diri melainkan batin pun diistirahatkan sepenuhnya.
  • Mengelola keselarasan hati dan pikiran, belajar merintis rileks, lega, selaras dan bahagia.

Dalam pengamatan saya, faktor keselarasan hati dan pikiran adalah yang paling sering kita lupakan sekaligus yang paling berpengaruh secara negatif terhadap kesehatan dan kebahagiaan.

Belajar Menyelaraskan Diri Sendiri
Dalam memahami kaitan raga dan rasa, penting sekali kita menyadari bagaimana stres bisa berpengaruh begitu kuat pada kesehatan kita.
Stres terkadang begitu pandai bersembunyi, dan kalaupun terlihat belum tentu mendapatkan perhatian dan perawatan segera.

Perhatian kita terlalu sibuk dengan target, ambisi, deadline, tanggung jawab, dan sederet celoteh pikiran tanpa henti, sehingga hampir selalu stres yang muncul akan berakhir menjadi tumpukan sampah dalam batin bawah sadar, dan belakangan berpotensi menjadi masalah fisik bila tidak segera ditangani.

Memang, bilamana kita ingin jalan pintas untuk mengatasi masalah fisik barangkali sekedar minum obat bisa saja membantu. Namun bila kita paham bahwa akar dari banyak sekali masalah fisik ada di pikiran, di mana tidak ada satu obat pun bisa memperbaiki pikiran, maka kita juga perlu paham bahwa minum obat tidak selalu mengatasi masalah fisik hingga ke akarnya.

Ini sebabnya ketika merawat diri secara utuh, pengetahuan medis modern saja tidaklah cukup. Saya lebih menyarankan kita belajar merawat diri secara alamiah dan mandiri. Di berbagai ilmu penyembuhan alamiah yang sempat saya tekuni, ternyata kuncinya adalah bagaimana merawat keselarasan. Setiap saat.

Keselarasan antara tubuh, pikiran, perasaan dan jiwa bisa dirawat dengan pendekatan yang praktis dan sederhana. Saya menyebutnya sebagai keterampilan self healing. Dengan serangkaian latihan praktis yang mengombinasikan (1) napas, (2) gerak, (3) sentuhan, dan (4) keheningan, siapa pun juga – terlepas dari budaya dan agama apa pun yang dimilikinya – bisa belajar untuk hidup lebih ringan, sehat dan selaras.

Selamat berlatih mengenal diri, merawat diri, dan menyembuhkan diri secara alami!

Minggu, 02 Agustus 2009

Jangan Hanya Sibuk Mengerjakan Sesuatu, Duduk Diamlah!

istock_000008470981xsmall

Kita memang hidup di zaman serba cepat dan serba rumit.

Bagaikan pemain sirkus yang bisa melemparkan 15 piring sekaligus, kita selalu tergesa untuk memastikan bahwa semua hal yang menjadi tanggung jawab kita berada dalam keadaan sempurna, atau minimal tidak bisa dipersalahkan kekurangannya.

Dari mulai deadline yang terlalu sempit, target yang terlalu tinggi, workload yang terlalu banyak, kecepatan industri memang selalu menuntut kita untuk selalu berada di paling depan. Multi-tasking (kemampuan mengerjakan beberapa hal sekaligus), well-connected network (jaringan kerja dan pertemanan yang kuat), serta result-oriented attitude (sikap berorientasi pada hasil), menjadi ciri yang dibanggakan, dicari, dan ditempa dalam kebanyakan dunia kerja.

Haruskah kita memaksakan diri untuk berpacu lebih cepat, dan bekerja semakin giat?

Stres adalah Cara Kita Beradaptasi

Tentunya untuk bisa memenuhi semua tuntutan tersebut pada tingkat individu, dibutuhkan perangkat yang memadai, selaras, dan optimal. Namun sebenarnya secara alami kita tidak dirancang untuk hidup dan bekerja dengan ritme serba cepat dan serba rumit setiap saat. Ini menyebabkan terjadinya adaptasi pada sistem fisik dan psikis kita.

Adaptasi tersebut terjadi melalui sebuah mekanisme: STRES.

Stres, yang tidak terkelola, harus dibayar dengan nilai yang tidak sedikit. Kesehatan, sebagaimana yang sudah kita bahas di tulisan-tulisan sebelumnya, hanyalah sekelumit dari efek stres yang tidak sembuh.

Semakin Memacu Diri Agar Mengurangi Stres?

Sebagian orang berkata, “Ah, stres itu kan wajar dan ada dalam setiap pekerjaan. Nanti juga kalau target sudah tercapai, stres akan hilang dengan sendirinya.” Benarkah demikian?

Dalam pengamatan saya, stres tidak otomatis hilang ketika kita mencapai target dan keinginan, melainkan bisa berputar dan membesar bagaikan lingkaran setan-siklus tak berujung yang sulit dipecahkan.

  • Untuk hasil dan keinginan yang berhasil dicapai:

Banyak target → jadi banyak ketegangan → jadi banyak berusaha → hasil jadi TAMBAH banyak → target DITINGKATKAN lagi → maka terciptalah siklus yang lebih besar: target LEBIH banyak → LEBIH banyak ketegangan → LEBIH banyak berusaha → dan siklus yang lebih besar kembali berulang.

  • Untuk hasil dan keinginan yang tidak berhasil dicapai:

Banyak target → banyak tegang → banyak usaha → belum berhasil → karena belum berhasil, usaha pun DITINGKATKAN lagi → ketegangan MENINGKAT → belum berhasil juga → dan siklus yang lebih besar kembali tercipta: usaha TAMBAH ditingkatkan → ketegangan TAMBAH meningkat → dan seterusnya.

Bisakah Anda menangkap ironinya? Pada kedua kasus, terlepas dari hasil tercapai atau tidak, pada umumnya kita akan terus-menerus berpacu agar lebih cepat, lebih sukses, lebih efisien, lebih baik. Namun pacuan kronis ini membuat stres kita semakin bertumpuk.

Dampak Akhir: Produktivitas Jangka Panjang

Salah satu dampak stres adalah menurunnya produktivitas kerja dan pribadi. Kita tahu bahwa produktivitas tergantung dari tingkat energi, semangat, kreativitas, dan efektivitas yang bisa kita lakukan dalam setiap pekerjaan.

Ketika stres dibiarkan bertumpuk dan berlarut-larut, semua hal yang menunjang produktivitas tersebut akan mulai berderit, aus, bahkan hilang. Dan sekali lagi, harga yang kita harus bayar untuk adaptasi tersebut-mulai dari stres, berbagai ketidakbahagiaan, tidak sehatnya relasi pribadi dan keluarga-sangatlah mahal.

Efek jangka panjang dari stres yang berkelanjutan bisa secara langsung mempengaruhi produktivitas dalam bentuk sebagai berikut: hilangnya semangat kerja, rasa lesu, jenuh, dorongan kuat untuk pindah / meninggalkan pekerjaan, selalu mencari-cari alasan mengapa tempat kerja sekarang tidak sesuai, dsb.

Belum lagi absensi kerja yang bisa meningkat karena saraf sudah terlalu jenuh, atau daya tahan tubuh merosot drastis sehingga jatuh sakit.

Lantas bagaimana kita bisa memelihara diri sekaligus meningkatkan produktivitas?

Menurut saya, kuncinya adalah mengelola energi kita dengan selaras. Memberikan porsi perhatian untuk merawat hardware (tubuh fisik) serta software kita (pikiran, rasa dan spirit) sehingga energi diri bisa tertata dengan selaras.

Jalan Praktis Melalui Keheningan

Meditasi adalah salah satu hal mendasar yang bisa dilakukan untuk menciptakan keselarasan, mengelola dan memulihkan energi, serta mendorong semangat kerja yang bertumpu pada kekinian. Bukan pada harapan atau ketakutan.

Kini banyak perusahaan besar berskala internasional telah menggunakan pelatihan meditasi yang non-agamis untuk manfaat relaksasi, kesehatan, dan produktivitas.

Berbagai studi ilmiah tentang manfaat meditasi, serta pengalaman para pelaku latihan meditasi, melaporkan manfaat-manfaat sebagai berikut:

  • Otak menjadi rileks dan seimbang aktivitasnya.
  • Memulihkan keseimbangan saraf dan kesegaran tubuh.
  • Memperkuat daya tahan tubuh, sehingga lebih jarang sakit.
  • Bentuk melatih konsentrasi yang bersifat RILEKS, bukan FOKUS.
  • Meredakan celoteh pikiran, membuat batin bekerja lebih efisien.
  • Melatih kepekaan intuitif, membantu pengambilan keputusan.
  • Melegakan hati dan melepas stres, sehingga komunikasi dan relasi lancar.
  • Membantu kita menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, kesalahan lebih sedikit.
  • Solusi mandiri, murah, dan sehat untuk meningkatkan kinerja perusahaan

7 Cara Hening yang Merawat Produktivitas Diri

Berikut Anda bisa mencoba 7 buah latihan yang bersifat meditatif, non-agamis, dan praktis, untuk membantu mengasah produktivitas Anda secara pribadi maupun profesi:

  • Meditasi MEREGANGKAN TUBUH

Tahu caranya ‘ngulet’ (istilah nasional: menggeliatkan badan)? Hentikan sejenak kesibukan Anda. Ambil posisi duduk, atau berbaring bila mau, dan regangkan tubuh Anda, dengan sangat perlahan. Benar-benar perhatikan rasa setiap otot dan sendi tubuh Anda. Tidak ada gerakan yang benar atau salah. Nikmati sepenuhnya selama beberapa menit.

Menggerakkan tubuh secara aktif dan penuh sadar, membantu kita memperlambat celoteh pikiran dan melepas ketegangan yang telanjur bertumpuk.

  • Meditasi TUTUP MATA SEJENAK

Hentikan sejenak pekerjaan, tutup mata saja. Istirahatkan saraf mata dan otak mata. Sebagian ahli berpendapat bahwa sekitar 70% komunikasi terjadi secara visual, oleh karena itu sejenak memejamkan mata akan membantu fungsi visual kita beristirahat.

Memejamkan mata juga memicu respons rileks karena kita terbiasa melakukannya saat akan beristirahat atau tidur. Ini juga bermanfaat untuk membuat kita lebih peka akan dunia pikiran dan perasaan dalam diri kita, ketimbang selalu memperhatikan dunia eksternal / sekitar kita.

  • Meditasi BERNAPAS RILEKS

Berhentilah sejenak untuk bernapas dengan sadar dan sengaja. Anda sedang menekan tombol reset pada sistem raga dan rasa Anda. Cukup 3-9 kali bernapas dengan rileks, lambat, dan penuh perhatian. Anda juga bisa melakukannya setelah meregangkan tubuh, sambil menutup mata.

  • Meditasi PERHATIKAN PIKIRAN & RASA DI SAAT INI

Dari waktu ke waktu, cobalah berhenti sejenak dan perhatikan saja segala pikiran dan rasa yang datang dan pergi pada saat ini. Tidak perlu dianalisa, tidak perlu dinilai, melainkan sekadar mengamati saja: “Oh… ada pikiran ini, pikiran itu, rasa ini, rasa itu, oh… sekarang hilang, oh… sekarang ada lagi yang baru, dst.”

Memperhatikan segala pikiran dan rasa dalam diri Anda akan memperkuat kesadaran sini-kini, sehingga kita tidak mudah terjebak dalam berbagai ketakutan, kekhawatiran, dan harapan.

  • Meditasi KERTAS POLOS

Ketika sedang kebanjiran ide, atau baru memulai hari kerja Anda, gudang pikiran penuh bertumpuk dengan hal yang harus dilakukan; ide kreatif, urusan rumah tangga yang perlu dibereskan, dll. Ambil saja selembar kertas polos dan tuliskan semua isi gudang pikiran Anda, termasuk berbagai lamunan, kekhawatiran, dan isi hati Anda. Setelah 5-10 menit (dan mungkin saja satu lembar kertas masih perlu ditambah lagi untuk menampung semuanya), barulah duduk diam sejenak. Nikmati hening sesaat.

Anda akan menemukan kelapangan ruang pikir ketika isinya dituangkan secara tertulis ketimbang sekadar ditampung di otak. Ekstra ruang lapang ini membuat Anda lebih kreatif dan produktif.

  • Meditasi BOBO-SIANG

Khususnya setelah jam makan siang, umumnya kita cenderung mengalami perubahan bioritme tubuh yang menyebabkan rasa lesu atau kantuk. Beberapa perusahaan di Jepang bahkan membudayakan tidur siang di kursi kerja masing-masing. Dan ternyata, tidur siang singkat antara 10-30 menit sangat membantu memulihkan tubuh kembali bugar dan otak kembali segar. Ingat: jangan tidur siang lebih dari 45 menit, agar tidak mengganggu keteraturan istirahat malam dan jam biologis Anda.

  • Meditasi BERJALAN

Cobalah melatih untuk berjalan dengan penuh perhatian. Rasakan langkah demi langkah. Rasakan dan perhatikan satu demi satu sentuhan telapak kaki Anda di lantai. Awalnya akan terasa janggal karena belum terbiasa, dan mungkin jadi terasa sangat lambat karena perlu disadari penuh, tapi lama-kelamaan Anda akan bisa menikmatinya.

Latihan ini melepaskan emosi yang tersangkut, menyeimbangkan aktivitas otak kiri dan kanan, mengajarkan kita untuk menghayati proses, serta melonggarkan obsesi kita terhadap hasil akhir. Meditasi sederhana ini dapat mengurangi kecenderungan bertumpuknya stres.

Selamat berlatih keheningan. Temukan dan alami bagaimana produktivitas bisa diasah tanpa harus sibuk dan tergesa-gesa.

Ada pepatah yang menyebutkan “Don’t just sit there, do something!” (Jangan hanya duduk diam saja, kerjakanlah sesuatu!). Barangkali dalam konteks dunia serba cepat ini, yang kita butuhkan adalah “Don’t just do something, sit there!” (Jangan hanya sibuk mengerjakan sesuatu, duduk diamlah sejenak!)

- Bila Anda menyukai artikel ini, silakan berbagi dengan para sahabat dan keluarga Anda, dengan menyebutkan sumbernya di rezagunawan.com. Terimakasih -

STRES?JANGAN BERUSAHA MENJADI POSITIF

Stres adalah faktor #1 yang paling berdampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup kita. Umumnya hanya muncul di 3 bidang kehidupan: (1) penampilan dan kesehatan tubuh, (2) uang, karier, dan sukses, serta (3) cinta, keluarga dan relasi pribadi. Dan berdasarkan 3 bidang tersebut, kita bisa mengamati bahwa (hampir) semua orang mengalami stres, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Meskipun kita tidak bisa hidup steril dan bebas sepenuhnya dari stres, kuncinya adalah bagaimana mengelola stres ini agar dampak negatifnya minimal, atau bahkan bagaimana agar energi di balik stres ini bisa diolah menjadi semangat, kebijakan hidup dan kesadaran yang jernih.

Apa yang kita bisa lakukan untuk mencapai ini? Positive thinking? Positive feeling? Being optimistic? Sejujurnya, saya tidak bisa merekomendasikan hal-hal tersebut.

Banyaknya Saran Populer yang Tidak Realistis

Saran untuk berusaha menjadi positif adalah sesuatu yang selama ini diajarkan oleh psikologi populer, pergaulan sosial, strategi bisnis dan manajemen, serta budaya dan tradisi kita. Namun bagi saya, ini bukanlah sesuatu yang realistis, bahkan bisa membuat stres tambahan.

Dalam mencari solusi stres & masalah, setiap bentuk upaya yang tidak realistis akan memberikan tambahan stres yang sebenarnya tidak perlu. Kita butuh solusi stres yang realistis dan efektif. Berikut beberapa contoh solusi stres yang kurang realistis:

1. Saran populer “Jangan stres dong”, atau “Anda tidak boleh stres”.
Mengapa ini tidak realistis? Hampir setiap orang mengalami stres, ada yang ringan maupun berat, ada yang sebentar dan juga menahun. Saran populer seperti ini berpotensi melipatkangandakan stres, karena di atas stres tentang masalah asli yang sedang dihadapi, ada stres tambahan ketika berpikir bahwa ‘seharusnya saya tidak boleh stres’.

  • SADARI: stres dalam hidup pasti ada, terjadi pada setiap orang, dan sangatlah boleh dan wajar ketika Anda mengalaminya. Ketika kita mengerti dan bisa menerima hal tersebut, kita tidak lagi perlu memikul ‘beban ekstra’ tersebut, dan lebih punya energi untuk menghadapi masalah kita yang sebenarnya.

2. Saran populer “Anda harus memilih berpikir & berperasaan positif”.
Ide dan konsep yang cukup indah. Coba pilih sebuah pikiran atau perasaan positif, misalnya “Saya sehat sekali”. Sadari sepenuhnya, fokus terus pada pikiran tersebut, dan tahan jangan sampai pikiran tersebut berubah. Bukankah hanya sekian detik Anda bisa menahan pikiran positif tersebut sebelum perhatian Anda beralih pada topik lainnya, atau bahkan muncul pikiran yang justru kebalikannya, seperti “Ah, masa ‘sehat sekali’? Bukannya baru kemarin sempat sakit juga?” Lakukan yang sama terhadap sebuah pikiran negatif, dan amati dengan jeli bahwa dalam beberapa detik, pikiran tersebut pun berganti. Intinya di sini adalah, meskipun dari waktu ke waktu kita bisa memilih buah pikiran apa yang mau kita hadirkan dalam perhatian, sifat dasar pikiran yang memang tidak bisa diam, ditambah dengan segala ‘sampah’ bawah sadar yang tersimpan dalam diri, tidak akan mengizinkan kita untuk mempertahankan pikiran yang kita pilih tersebut terus menerus.

  • SADARI: bahwa kita tidak punya KENDALI PENUH atas apa yang kita pikirkan maupun rasakan dari waktu ke waktu. Setiap hal yang kita pikirkan, baik positif maupun negatif, baik yang sengaja kita pilih maupun yang tidak kita pilih, akan terus datang. Silih berganti. Selalu berubah. Pikiran negatif kita tidak mungkin bisa bertahan selamanya, dan pikiran positif kita juga tak pernah kekal. Kalau kita bisa mengerti bahwa pikiran dan perasaan kita senantiasa berubah, kita tidak lagi terlalu takut dengan yang negatif, dan tidak lagi terlalu berharap untuk positif selamanya. Ini akan memberikan kita suatu kearifan untuk lebih rileks dan tenang menghadapi perubahan hidup.

3. Saran populer: “Kalau Anda positif / optimis ketika sedang bermasalah, pasti hasilnya akan positif, dan kalau Anda negatif / pesimis dalam menghadapi masalah, maka pasti hasilnya akan negatif juga.”
Saya melakukan survei singkat kepada ribuan orang dengan 4 buah pertanyaan tentang pengalaman hidup mereka: (1) Apakah Anda pernah berpikir positif dan mendapat hasil yang positif? (2) Apakah Anda pernah berpikir negatif dan mendapat hasil yang negatif? Sesuai dugaan saya, sejalan dengan saran populer di atas, semua peserta menjawab YA. Selanjutnya saya ajukan dua lagi pertanyaan: (3) Apakah Anda pernah berpikir positif tetapi kok hasilnya negatif?, dan (4) Apakah Anda pernah berpikir negatif dan kok hasilnya positif juga? Yang cukup mengejutkan, SEMUA peserta juga menjawab YA pada kedua pertanyaan terakhir tersebut. Jika kita semua mengalami langsung keempat fenomena tersebut dalam hidup, maka kesimpulannya adalah berpikir positif BELUM TENTU PASTI hasilnya selalu positif, dan berpikir negatif BELUM TENTU PASTI hasilnya juga negatif.

  • SADARI: hidup ini indah karena hidup akan selalu berubah, menyimpan berbagai tanda tanya dan ketidakpastian. Selain ada Hukum Tarik Menarik (law of attraction), masih ada juga Hukum Belum Tentu (law of uncertainty). Ketika kita bisa rileks dan menghayati ini, kita tidak lagi perlu terbeban tentang HARUS positif dan TIDAK BOLEH negatif. Kita lebih bisa mengalir dengan segala upaya yang kita jalani dan lebih bisa berserah tentang hasil akhirnya.

Dua Cara Sederhana Mengatasi Stres
Berdasarkan perenungan di atas, saya mengusulkan dua buah strategi praktis untuk mengatasi stres, beban hati dan pikiran negatif:

1. Bernapas dengan sadar.
Berhentilah sejenak, dengan penuh perhatian, hiruplah napas dan rasakan penuh ke dalam diri. Setelah itu, dengan penuh perhatian, embuskan dengan lepas. Rasakan pikiran, perasaan, dan tubuh Anda. Apakah menjadi lebih nyaman, lapang, dan tenang? Lakukan lagi beberapa kali tanpa berupaya menjadi positif. Bernapas saja dengan sadar, penuh perhatian.

  • Cara kerja teknik ini sangat sederhana: ketika Anda bernapas dengan sadar dan sengaja, otomatis Anda memperlambat bahkan terkadang menghentikan celoteh pikiran yang biasanya begitu deras dan memenuhi kesadaran Anda. Ketika pikiran mulai melambat dan rileks, perhatian Anda mulai lebih mengarah pada realitas di sini-kini, bukan pada masa lalu (kenangan, rasa sesal, trauma), dan bukan juga pada masa depan (kekuatiran, ketakutan dan antisipasi). Bernapas dengan sadar, jika dilakukan secara teratur, terutama di saat-saat sibuk penuh ketergesaan, akan membantu kita untuk mengembalikan kesadaran yang jernih.

2. Izinkan diri Anda memiliki rasa dan pikiran apapun
Biarkan dan izinkan diri untuk berpikir negatif ketika sedang mengalami pikiran negatif. Biarkan dan izinkan diri untuk berpikir positif ketika sedang mengalami pikiran positif. Ini artinya Anda memberikan izin untuk hidup secara alamiah, apa adanya. Toh kita sudah mengerti, bahwa baik positif atau negatif, pikiran tersebut tidak mungkin awet selamanya, dan pada waktunya pasti akan berubah juga.

Ada sebuah prinsip yang yang begitu sederhana namun begitu signifikan tentang segala urusan hati. Saya menyebutnya sebagai Prinsip Paradoks Rasa & Pikiran, yaitu: “Apa pun pikiran dan rasa yang kita tolak, maka dia pun justru semakin awet”, dan “Apa pun pikiran dan rasa yang kita izinkan, justru dia akan semakin cepat tuntas.”

Bisa saja kita juga cukup kenal dengan prinsip ini. Ketika seorang rekan baru saja mengalami musibah, atau putus cinta, kita terkadang sadar untuk memberikan mereka izin dan kesempatan untuk berduka. Ini sangatlah sehat, karena dengan izin untuk negatif tersebutlah justru segala pikiran dan rasa negatif menjadi semakin tuntas. Sementara ketika mereka tidak mengizinkan diri mereka sendiri untuk merasa negatif, karena alasan “saya harus kuat”, atau “saya takut dianggap lemah dan cengeng”, justru negativitas yang sudah ada tersebut menjadi lebih awet dan semakin lama proses penyembuhannya.

  • Obat dari stres dan pikiran negatif, bukanlah berpikir positif, melainkan: (1) mengistirahatkan pikiran yang terlalu banyak berpikir melebihi porsi yang dibutuhkan, dan (2) mengizinkan pikiran dan rasa untuk hadir apa adanya, sepenuh hati.

Stres memang bagian alami dari hidup. Kalau kita mau memahaminya secara lebih jernih, kita bisa bergerak menuju mengizinkan hidup mengalir alami, apa adanya. Tentunya kita masih boleh melakukan upaya mengatasi masalah pada aspek yang memang di bawah kendali kita, namun diikuti dengan kesadaran untuk melepaskan aspek yang memang bukan di bawah kendali kita. Dengan memahami ini, kita lebih mampu hidup selaras dengan alam.

FROM : rezagunawa.com